Sang Komandan

17/9 '09

Dia telah lama pergi meniada
setelah membagi ilmunya
membagi hasratnya
tuk sempurnakan pedang dalam jiwa
senjata yang takkan bisa tereka maupun terupa

Pedang itu mengalir dalam darah
mengayun tanpa rasa takut kalah
merangkai indahnya tiap bagian
rantai-rantai zirah kecoklatan
diiringi hembus hijau merah medan pertempuran

Tiap bagian mantra penghancur
membuat sepasukan hancur lebur
merubah irama pertarungan
mengubah jalan hidup seorang pejuang
dan ciptakan arti baru kengerian

Ketika pertarungan usai
hanya ada penguasa tanpa pejuang
atau benteng yang sudah hancur lebur
suatu yang nantinya kan lahirkan tutur
bahwa sudah saatnya tuk menyerah dan mundur

Kadang kita berhasil kembali
kadang juga hanya bisa tersimpan dalam hati
sekotak pasukan
sekotak cerita kemenangan
sekotak tumpukan indahnya kenangan

Naskah Terkait

Komentar