Langsung ke konten utama

Konstelasi Puisi Kehidupan

Cari Blog Ini

Sapi-Pembajak Sawah

Dapatkan link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya

(4 Desember 2010
Melakukan ziarah peradaban
Menatap nanar pahlawan pangan
Melewati perbukitan
Mengalahkan redupnya harapan)

Naskah Terkait

Personal Story STIKOM Surabaya

Dapatkan link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya

Komentar

Posting Komentar

Artikel Populer

Langkahku Sendiri

Pada batas imaji dan waktu yang terus berganti engkau dan sejuta kenangan kemudian dia yang sekarang menggenggam tangan Untukmu yang pernah menjadi nada dan ujung suara yang hening di tengah masa utuhku kini memang ada tanpamu dan jalanku jauh bersilang denganmu Sedih dan hening lirih hati kiranya bukan lagi persoalan kini karena tak ada lagi yang perlu disesali karna langkahku yang senantiasa mendaki Akankah ada lagi tanya kiranya semua telah terjawab oleh jingga yang menorehkan semua rasa hingga kurasa tak ada lagi sisa duka Retakan di relung jiwa tak perlu menjadi beban raga hanya sejenak ku mengingat tawa dan kata yang tak pernah terucap sempurna Ah, terlampau jauh ku melangkah pergi dan hingga akhirnya kini hanya ada setitik realisasi diri bahwa semuanya wujud dalam langkahku sendiri

The Crew of Bali Desember 2008

(27 Desember 2008 Dari masa ke masa yang bertahan harusnya tetaplah sama, persahabatan dan kekeluargaan :D )

Menyaksi Gunung Penanggungan

(5 Desember 2009 Di tepi Perbukitan Trawas dalam rangka perjalanan mencari jati diri --- Outbond Program Studi S1 Sistem Informasi angkatan 2009 STIKOM Surabaya)

Manusia Paling Menyebalkan

19/10 '14 Aku tak tahu apakah sore ini nyata ataukah hanya sekelebat pecahan waktu yang tak lama kemudian terhempas masa dan hilang dalam detakan nafasku Entah berapa lama bising ini ada banyak hal yang seringkali tak selesai karena rajukmu yang manja dan kepalaku yang dipenuhi coding dan array Tahukah engkau? engkau adalah hal paling ribut dalam hidupku pun mungkin juga aku adalah manusia paling menyebalkan dalam hidupmu Tapi aku juga tak tahu setidaknya ribut ini menjauhkanku dari putus asa setidaknya aku tahu esok akan ada cemburumu yang harus kujawab walau dengan pusing kepala Selamat sore sayang tak ada lagi hal yang perlu dirisaukan doakan esok hari tetap terang agar kita tak perlu bergandengan tangan berhujan-hujan

Rajendra

Rasanya baru kemarin engkau hadir Ada rasa tak terkira yang terukir Jelmaan dari bahagia yang membuncah Elegi penciptaan yang tercurah Narasi kehidupan yang nyata Derap langkah yang iringi setia Rindu yang mengawali semua langkah Agar tak terhenti oleh rasa lelah View this post on Instagram A post shared by Puisi Indonesia (@puisi.web.id)

Diberdayakan oleh Blogger

© Cak Kurniawan Jatmika 2007-2021